Lemper merupakan makanan Indonesia yang banyak ditemukan dimana-mana. Lemper dapat mudah ditemukan di pasar tradisional. Bahan utama dalam pembuatan lemper adalah beras ketan yang ditanak dengan santan. Beras ketan memiliki tekstur yang lengket, diisi dengan daging ayam cincang/suwir juga diberi santan dalam proses pemasakannya. Setelah dibentuk lonjong, lemper dibungkus dengan daun pisang.
Inovasi Lemper
Inovasi lemper saat ini berupa "Lemper Bakar", dimana setelah lemper dibungkus dengan daun pisang, lemper dibakar di atas arang yang panas hingga daun pisang berubah warna menjadi kecoklatan. Aroma asap dari daun pisang yang dibakar akan dapat dinikmati pada lemper bakar.
Lemper "AA", Lempernya Orang "Pintar"
Daun pisang dan lemper merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Di dalam otak masyarakat, sudah tertulis bahwa lemper umumnya dibungkus menggunakan daun pisang. Tetapi kini seiring dengan perkembangan teknologi, dapat dijumpai lemper yang dibungkus dengan plastik, disegel, dan diurus ijin produksi makanan skala industri rumah tangga (DINKES P-IRT). Masyarakat yang semakin peduli dengan kesehatan, akan lebih "pintar" dalam memilih makanan yang dikonsumsinya.
| Pada Lemper konvensional yang dibungkus dengan daun pisang, memiliki kelemahan, yaitu daun pisang kurang dapat menjaga lemper dari kontaminasi bakteri, debu, dan kontaminan lainnya. Keunggulan Lemper "AA" adalah pembungkusnya yang menggunakan plastik dan dibuat gembung. |
Adanya ijin dari Dinas Kesehatan dengan adanya nomor P-IRT menjamin bahwa lemper yang diproduksi sudah menerapkan cara produksi pangan yang baik, salah satunya mengenai masalah higienitas, dan bahan yang digunakan akan untuk dikonsumsi. Produksi lemper harus dilakukan secara higienis secara terus menerus ntuk dapat terus memasang nomor P-IRT pada kemasan. Bila sewaktu-waktu ada petugas dari Dinas Kesehatan yang melakukan audit di tempat produksi dan menemui adanya penyimpangan, maka nomor P-IRT tersebut akan dicabut.
Di bagian belakang kemasan tercantum bahan yang digunakan sehingga konsumen yakin bahwa tidak ada bahan non-pangan yang digunakan. Barcode juga tercantum pada kemasan yang menandakan bahwa lemper AA sudah siap masuk ke pasar modern dimana transaksi dilakukan dengan cara scan barcode.
Satu hal lagi yang menarik adalah adanya tanggal kadaluarsa yang mencegah adanya pihak "nakal" dalam menjual jajanan kadaluarsa. Bila lemper hanya dibungkus dengan daun pisang, kita tidak bisa mengetahui lemper tersebut sudah kadaluarsa atau belum, dan tidak terjamin keamanannya. Tetapi Lemper AA menjamin keamanan dan kenyamanan.
Dalam membentuk lemper yang lonjong, sering orang menggunakan tangan secara langsung. Padahal tangan manusia mengandung banyak bakteri, salah satunya adalah Staphylococcus aureus. Bakteri ini banyak ditemukan di kulit, dan rambut manusia dan dapat menyebabkan food poisoning. Food poisoning berarti bakteri berkembang biak di makanan, memproduksi toksin/racun, dan kemudian makanan yang sudah mengandung racun tersebut dimakan oleh manusia dan membuat manusia menjadi sakit.
Oleh karena itu, dalam memproduksi lemper dianjurkan menggunakan sarung tangan plastik, atau cetakan lemper agar kontak antara tangan dan lemper tidak terjadi secara langsung. Yang perlu diingat pula adalah alat pencetaknya juga harus bersih pula, serta lingkungan produksi yang terjaga higienitasnya.
Selain dapat menyebabkan penyakit, juga terdapat bakteri yang bersifat perusak. Dengan menjaga produksi pangan yang baik, maka makanan menjadi aman, serta memiliki masa simpan yang lebih lama.
JKMM